Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. -Khalifah Ali bin Abi Talib-

Popular Posts

Jumat, 15 Mei 2015

KOMPLEKSITAS MENYUSUI PADA BAYI




Pernahkah anda mendengar istilah “ASI Eksklusif”? Atau pernahkan terbersit dalam benak anda, mengapa menyusui bayi harus dilakukan selama enam bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut?
Gerakan ASI Ekslusif dan Inisiasi Menyusui Dini yang pernah heboh di tahun 2011 ini merupakan gerakan yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan terkait himbauan WHO, mengingat angka cakupan pemberian ASI di Indonesia dari usia nol hingga enam bulan senatiasa menurun dari tahun ke tahun, sementara konsumsi susu formula semakin meningkat. Selain karena banyaknya kandungan dalam ASI (diantaranya immunoglobin A, dan ganfliosida) yang tidak terkandung dalam susu formula biasa , pemberian ASI Ekslusif sebenarnya juga memiliki kepentingan lain terkait dengan perkembangan emosional individu di awal kehidupannya.
Dalam ilmu psikologi, kita mengenal istilah attachment atau kelekatan. Santrock (2011) dalam bukunya yang berjudul “Life-Span Development” menyatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang kuat antara dua individu. Kelekatan ini merupakan awal penentu bagi tahap perkembangan individu selanjutnya. Bayi dengan kelekatan yang baik dengan pengasuhnya (dalam hal ini adalah ibu) akan cenderung tumbuh menjadi individu dengan harga diri, dan kepercayaan diri yang tinggi serta kemampuan berperilaku sosial yang baik. Sedangkan bayi dengan kelekatan yang rendah akan cenderung melakukan perilaku sebaliknya. Namun, meski kelekatan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan individu, hal ini tetap bukanlah satu-satunya faktor penentu.
Lalu apa hubungan antara kelekatan dengan gerakan ASI eksklusif?
Seperti yang kita ketahui, sistem kerja payudara ibu berbeda dengan botol susu formula. Jika botol diminumkan ke mulut bayi, ia akan otomatis mengalirkan air susu, namun hal tersebut tidak terjadi pada payudara ibu. Ketika seorang bayi melakukan kegiatan menyusu, ia tidak hanya diam menunggu ASI keluar, melainkan juga berusaha untuk mendapatkannya dengan kegiatan menghisap. Kegiatan menghisap ini merupakan latihan yang sangat baik bagi perkembangan oral sang bayi. Otot-otot di sekitar wajah akan terlatih untuk bergerak sehingga di masa perkembangannya nanti bayi akan lebih mudah dalam menggunakan organ oralnya.
Ketika kegiatan menyusui terjadi, bayi juga akan berada dalam pelukan sang ibu. Pada saat itu, bayi melakukan dua kegiatan lain sekaligus yakni mendengar dan melihat. Bayi yang kepalanya berada di dada sebelah kiri akan leluasa mendengar detak jantung ibu. Bagi bayi, detak jantung ibu merupakan musik terindah yang menenangkan di dunianya. Kemudian, dalam posisi itu, bayi juga dapat leluasa melihat wajah sang ibu. Bayi akan mulai melakukan kegiatan identifikasi terhadap bentuk fisiologis ibunya, sehingga sering kita lihat bayi-bayi yang lebih cepat mengenali ibunya dibanding ayahnya.
Hal lain yang juga menjadi kelebihan dari kegiatan menyusui adalah adanya perasaan aman yang dirasakan oleh bayi. Dalam teori perkembangan Erikson, rasa aman merupakan tonggak awal menuju perkembangan kepribadian  individu yang sehat.

Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233, Allah berfirman,”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…,”.
Jelas sudah bahwa pada dasarnya gerakan ASI Ekslusif yang diprakarsai oleh WHO merupakan perintah dari Allah SWT yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu kepada seluruh ibu di muka bumi ini. Perintah ini juga terbukti memiliki begitu banyak manfaat apabila dijalankan.
Semoga sedikit penjelasan diatas bisa menambah wawasan dan juga meningkatkan kesadaran bagi kaum wanita untuk mau menyusui bayinya sendiri kecuali jika terdapat halangan syar’i seperti sakit sehingga tidak mampu melakukannya. Proses menyusui pada hakikatnya bukan hanya bicara mengenai transfer nutrisi dari ibu kepada anak, melainkan juga merupakan suatu proses transfer emosional yang akan menjadi pondasi bagi perkembangan individu selanjutnya.
Wallahu a’lam bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar