Nama orang?
Atau nama makanan?
Oh bukan
saudara-saudari, aning adalah nama sebuah alat transportasi berkapastitas 13
orang. Bentuknya mini dengan warna kuning yang menghiasi hampir seluruh
badannya. Untuk itulah kita menyebutnya ANING alias Angkot Kuning. Kalau di
Universitas Indonesia ada yang namanya Bus Kuning, di UNDIP ini adanya ya si
aning itu. Aning setia mengantar jemput semua mahasiswa UNDIP yang ada di
sekitar sirajudin-banjarsari-timoho dan terkadang sampai ngesrep. Nggak begitu
jelas juga sih gimana sistematis rutenya, karena emang rute di UNDIP ini aneh
saudara-saudari. Nggak lurus sekali jalan gitu.
Aning biasa
beroperasi dari pagi-pagi buta hingga magrib. Setelah waktu magrib lewat, masih
ada sih, tapi hanya beberapa.. tapi jangan harap bertemu dengan aning pada jam
9 malam kecuali orang-orang yang beruntung. Biaya menaiki aning ini juga
relative saudara-saudari, bisa dibilang mahal kalau kita hanya naik dari timoho
ke banjarsari, dan bisa tergolong murah kalo kita naiknya dari patung kuda
sampe kampus psikologi. Kenapa? Karena jauh dekat biayanya sama. 2500 rupiah J
Lalu, ada
lagi hal yang membuat aning ini menarik untuk diulas. Hal ini nggak lepas dari
kebudayaan orang jawa yang alus dan penyabar. Sopirnya!
Aku kan anak
perantauan nih ceritanya, dan dulu waktu masih mengarungi bahtera SMA di
Jakarta aku adalah orang yang sering naik turun angkot. Bukan lagi olahraga,
tapi emang karena banyak tempat yang harus dikunjungi dan agenda yang harus
diselesaikan (wedeeeehh.. soksibuk kalo kata ibu mah -_-). Ya, dan aku tau
betul sifat-sifat abang angkot di Jakarta. Nggak angkot, mikrolet, kopaja, sama
aja lah pokoknya. Pertama, mereka adalah orang yang nggak sabaran. Serobot sana
serobot sini. Terus, mereka juga orang yang suka teriak-teriak. Entah sama
temen satu profesi, atau sama orang-orang di halte. Dan lagi, nih bisa
dimasukkan ke golongan tips juga, kalo kalian mau naik angkot atau kopaja atau
mikrolet, mendingan cari yang rame dah. Jangan yang sepi. Bukan karena adanya
pelecehan seksual atau apa, karena Alhamdulillah aku belum pernah ngalamin hal
itu, tapi lebih karena abangnya itu hobi banget oper-operan penumpang. Aku rasa
dulunya abangnya ini bercita-cita ingin jadi pesepakbola, tapi karena bolanya
habis jadinya beralih jadi sopir ngkot (?) oke fix lagi-lagi gajelas -_-. Nah
gitu, jadi kalo penumpangnya sedikit, sopir yang satu bakal main kode-kodean
sama sopir angkot di depan atau belakangnya. Pake lampu gitu. Dan galama
setelah itu, pasti keneknya bakalan bilang “pindah! Pindah! Pindah! Pindah
belakang ya bu! Pindah belakang ya pak!”
Emang sih
nggak bayar lagi, tapi kan bĂȘte aja dari yang tadinya duduk malah berdiri.
Nah, terus
kalo sopir aning emang kayak gimana?
Ini dia. Hal
yang aku kagumin dari sopir aning. Seperti yang udah aku bilang, mereka tuh
ramah-ramah..ramahnya tuh maksudnya kalo ngomong nggak pake ngotot, alus dan
bijaksana (?) terus, mereka selalu punya kembalian dan punya banyak banget
recehan. Dulu kalo di Jakarta, ongkosku sering dibawa kabur sama abangnya ,
nggak dikembaliin, dan aku selalu husnudzon kalo abangnya emang lagi nggak ada
kembalian -_-. Sopir aning disini juga baik baik, maksudnya walaupun penumpang
di angkotnya Cuma satu, mereka akan dengan amanah mengantarkan kita ke tempat
tujuan. Aku sering loh ngerasa kayak naik mobil sendiri pake sopir pribadi.
Hehehe…
Dan mereka
nggak suka dumel!
Keren kan
aning dan sopirnya itu..
Ya, terlepas
dari nggak semua sopir aning baik dan sopir angkot di Jakarta jahat, aku tetep
ngerasa kalo ngangkot di semarang itu jauh lebih nyaman walaupun kurang seru
karena jarang dapet pengalaman baru kaya di Jakarta
Over all,
aku bersyukur karena aku sendiri jarang ngangkot. Bukan apa-apa, aku Cuma salah
satu dari sekian banyak orang yang ngerasa kalo tariff aning kemahalan. Seperti
yang kubilang tadi, karena jarak kosku dari kampus nggak begitu jauh dan
sayangnya peraturan aning tetap keukeuh tak bisa diganggu gugat, jauh dekat,
2500 rupiah J
sekiaaaannn