Pernahkah anda mendengar istilah “ASI Eksklusif”?
Atau pernahkan terbersit dalam benak anda, mengapa menyusui bayi harus
dilakukan selama enam bulan atau bahkan dua tahun berturut-turut?
Gerakan ASI Ekslusif dan Inisiasi Menyusui Dini yang
pernah heboh di tahun 2011 ini merupakan gerakan yang diprakarsai oleh Dinas
Kesehatan terkait himbauan WHO, mengingat angka cakupan pemberian ASI di
Indonesia dari usia nol hingga enam bulan senatiasa menurun dari tahun ke
tahun, sementara konsumsi susu formula semakin meningkat. Selain karena
banyaknya kandungan dalam ASI (diantaranya immunoglobin A, dan ganfliosida)
yang tidak terkandung dalam susu formula biasa , pemberian ASI Ekslusif
sebenarnya juga memiliki kepentingan lain terkait dengan perkembangan emosional
individu di awal kehidupannya.
Dalam ilmu psikologi, kita mengenal istilah attachment atau kelekatan. Santrock
(2011) dalam bukunya yang berjudul “Life-Span Development” menyatakan bahwa
kelekatan adalah ikatan emosional yang kuat antara dua individu. Kelekatan ini
merupakan awal penentu bagi tahap perkembangan individu selanjutnya. Bayi
dengan kelekatan yang baik dengan pengasuhnya (dalam hal ini adalah ibu) akan
cenderung tumbuh menjadi individu dengan harga diri, dan kepercayaan diri yang
tinggi serta kemampuan berperilaku sosial yang baik. Sedangkan bayi dengan
kelekatan yang rendah akan cenderung melakukan perilaku sebaliknya. Namun,
meski kelekatan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perkembangan
individu, hal ini tetap bukanlah satu-satunya faktor penentu.
Lalu apa hubungan antara kelekatan dengan gerakan ASI
eksklusif?
Seperti yang kita ketahui, sistem kerja payudara ibu
berbeda dengan botol susu formula. Jika botol diminumkan ke mulut bayi, ia akan
otomatis mengalirkan air susu, namun hal tersebut tidak terjadi pada payudara
ibu. Ketika seorang bayi melakukan kegiatan menyusu, ia tidak hanya diam
menunggu ASI keluar, melainkan juga berusaha untuk mendapatkannya dengan
kegiatan menghisap. Kegiatan menghisap ini merupakan latihan yang sangat baik
bagi perkembangan oral sang bayi. Otot-otot di sekitar wajah akan terlatih
untuk bergerak sehingga di masa perkembangannya nanti bayi akan lebih mudah
dalam menggunakan organ oralnya.
Ketika kegiatan menyusui terjadi, bayi juga akan
berada dalam pelukan sang ibu. Pada saat itu, bayi melakukan dua kegiatan lain
sekaligus yakni mendengar dan melihat. Bayi yang kepalanya berada di dada
sebelah kiri akan leluasa mendengar detak jantung ibu. Bagi bayi, detak jantung
ibu merupakan musik terindah yang menenangkan di dunianya. Kemudian, dalam
posisi itu, bayi juga dapat leluasa melihat wajah sang ibu. Bayi akan mulai
melakukan kegiatan identifikasi terhadap bentuk fisiologis ibunya, sehingga
sering kita lihat bayi-bayi yang lebih cepat mengenali ibunya dibanding
ayahnya.
Hal lain yang juga menjadi kelebihan dari kegiatan
menyusui adalah adanya perasaan aman yang dirasakan oleh bayi. Dalam teori
perkembangan Erikson, rasa aman merupakan tonggak awal menuju perkembangan
kepribadian individu yang sehat.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 233, Allah
berfirman,”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…,”.
Jelas sudah bahwa pada dasarnya gerakan ASI Ekslusif
yang diprakarsai oleh WHO merupakan perintah dari Allah SWT yang sudah ada
sejak ratusan tahun lalu kepada seluruh ibu di muka bumi ini. Perintah ini juga
terbukti memiliki begitu banyak manfaat apabila dijalankan.
Semoga sedikit penjelasan diatas bisa menambah
wawasan dan juga meningkatkan kesadaran bagi kaum wanita untuk mau menyusui
bayinya sendiri kecuali jika terdapat halangan syar’i seperti sakit sehingga
tidak mampu melakukannya. Proses menyusui pada hakikatnya bukan hanya bicara
mengenai transfer nutrisi dari ibu kepada anak, melainkan juga merupakan suatu
proses transfer emosional yang akan menjadi pondasi bagi perkembangan individu
selanjutnya.
Wallahu a’lam bisshowab.