Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. -Khalifah Ali bin Abi Talib-

Popular Posts

Senin, 02 Juli 2012

Yang Biasa Beralasan "Jilbabin dulu hatinya, baru kepalanya,". Baca Ini!

Kisah ini kubaca sekitar satu tahun lalu di salah satu fanpage di facebook. Dan setelah membacanya, hatiku semakin kuat meyakini akan kebenaran perintah Allah untuk berjilbab. Mari kita simak ^^
***
Sebut saja Rana. Ia adalah wanita yang baik budinya. Senantiasa tersenyum dan ramah kepada siapa saja. Rana, wanita berusia 23 tahun. Sudah bisa dibilang sukses di umurnya yang sangat muda itu. Rana juga seorang penganut agama Islam yang taat. Tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Puasa sunnah nya juga rajin. Ia juga tidak pernah lupa menyisihkan penghasilannya untuk bersedekah. Baru-baru ini, Rana telah sanggup memberangkatkan kedua orangtuanya untuk pergi haji setelah setahun sebelumnya ia membelikan sebuah hunian baru bagi kedua orang yang sangat dicintainya itu.
Rana belum menikah.
Ia adalah sosok wanita yang sangat mengejar karir. Tujuannya hanyalah untuk membahagiakan kedua orangtuanya.
Tetapi, Rana tidak berjilbab. Berkali-kali teman sekantornya menanyakan alasan mengapa dia belum berjilbab. Dan jawabannya tidak pernah berubah. "Aku mau menjilbabi hatiku dulu, baru kepalanya,"ujarnya.
Menurutnya, percuma orang memakai kerudung kalau hatinya masih busuk. Masih suka menggunjing. Dan tidak patuh pada seluruh kewajiban lainnya seperti sholat, puasa, dll.
Rana adalah orang yang kritis terhadap hal-hal seperti itu.
Pada suatu malam,ketika ia pulang kerja, badannya terasa lelah sekali. Seharian duduk di depan komputer membuat matanya sedikit sakit.
Ingin sekali rasanya ia langsung berbaring diatas kasur yang empuk. Tetapi ia teringat bahwa ia belum sholat isya'. Maka ia pun segera bangkit dan mengambil air wudhu lalu sholat.
Seusai sholat, ia pun tertidur.
Dalam tidurnya, Rana bermimpi berada di suatu tempat yang sangat indah. Sebuah taman yang ada banyak bunga berwarna-warni dan harum wanginya. Harum yang tak pernah ia temukan selama ini.
Matanya berkeliling. Melihat ke segala arah. Ada banyak wanita sepertinya yang juga duduk di sekitar taman. Mereka terlihat begitu bahagia. Sama seperti dirinya.
Rana berjalan dan bertanya pada seorang wanita yang sedang melihat-lihat bunga tak jauh dari tempat duduknya.
   "Permisi mbak, aku Rana. Kalau boleh tahu, kita ini ada di Surga ya?"tanya Rana sangking bagusnya tempat itu.
   "Oh tentu saja bukan,"jawabnya sambil tersenyum. "Tempat yang indah ini hanya tempat tunggunya. Surganya ada disebelah sana, kau lihat?"lanjutnya sambil menunjukkan sebuah pintu yang sangat besar dan sangat indah di ujung jalan sana.
Rana terperangah. Ada rasa bahagia yang terbuncah dalam dada nya. Ia merasa seluruh usahanya selama ini di dunia tidaklah sia-sia. Bahagia yang tiada tara.
Rana tersenyum.
Tiba-tiba, pintu itu terbuka. Para wanita yang tadi asyik bermain-main di taman segera berjalan mendekatinya. Dan satu persatu dari mereka pun masuk ke dalamnya dengan senyum tersungging.
Rana berdiri menatap terpaku ke depan pintu.
   "Ukhti, Ayo kita kesana. Pintu surga telah terbuka,"seru wanita tadi kepada Rana. Ia segera mengerjap-ngerjap dan berlari menyusul. 
Rana berlari semakin kencang. Namun pintu itu tak kunjung bisa dicapainya.
Sedangkan wanita tadi, ia sudah bisa memegang pintu itu. Rana panik. Semakin ia percepat larinya. Tetapi tetap saja, pintu itu terasa semakin menjauh.
   "Hei! Tunggu aku. Bagaimana kau bisa sampai kesana dengan berjalan santai sedangkan aku yang berlari tidak juga sampai?"tanya Rana dari jauh. Wanita itu hanya tersenyum dan  mulai melangkah masuk.
Rana semakin kepayahan. Tersengal-sengal napasnya. Ia pun memutuskan untuk berhenti. Hampir menyerah.
   "Ukhti!"panggil wanita itu. Kaki kanan dan sebelah badannya telah masuk ke balik pintu.
   "Kau tahu apa yang membedakanmu denganku?"tanyanya.
Rana menoleh, "Apa? Apakah amalanmu lebih banyak dariku? Apakah amalanku selama ini yang membedakanmu denganku?"Rana balik bertanya.
Wanita itu menggeleng pelan sambil tetap menyungging senyum.
   "Bukan itu. Amalan yang kulakukan sama seperti yang kau lakukan. Sholat, puasa, membaca Al-Qur'an, sedekah dan sebagainya,"ujarnya.
   "Lalu karena apa?"tanya Rana.
   "Lihatlah ukhti, apa yang membedakanmu denganku,"ujarnya tegas.
Rana melihat wanita itu dengan seksama. Lalu melihat ke arah dirinya sendiri. Tahulah dia terletak dimana perbedaan diantara mereka itu.
   "Ukhti, bukankah kau hanya ingin menjilbabi hatimu? Maka, kini biarlah surga ini hanya sampai di hatimu. Dan selalu menjadi angan-anganmu,"ujar wanita itu. Lalu ia pun masuk ke balik pintu sebagai yang terakhir. Pintu yang sangat indah itu pun tertutup.
Rasa sedih tiba-tiba merasuk di hati Rana. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia inginmasuk kedalam sana bersama seluruh wanita tadi. Bukan hanya sampai di tempat tunggu ini.
Rana terbangun.
Matanya basah oleh air mata. Rasa sedih yang teramat sangat itu masih ada di dalam dadanya. Sangat sedih. Segera ia beristighfar dan menangis lagi mengingat tinggal sedikit lagi ia bisa mendapatkan surga tetapi terhalang oleh rambutnya yang tidak tertutup jilbab.
Rana segera bangkit dan mengambil air wudhu. Jarum jam menunjukkan pukul 3 pagi. Ia pun langsung melaksanakan sholat tahajud dan sholat taubat. Ia akui semua kesalahannya kepada Allah SWT. Dan saat itu juga ia niatkan pada dirinya untuk segera menutup kepalanya dengan jilbab.
Paginya, Rana pun bekerja dengan penampilan baru. Dengan jilbab di kepalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar