Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan. -Khalifah Ali bin Abi Talib-

Popular Posts

Sabtu, 28 Januari 2012

ANTARA DAKWAH DAN MASA LALU

 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta alam yang tiada satupun kekuatan yang mampu menandingi-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, dan para tabi’in.

Untukmu ukhtiku… yang insya Allah selalu berada dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala…
Dakwah adalah hal yang harus dipenuhi setiap muslim setelah iman dan amal. Hal itu merupakan kewajiban bagi setiap kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah SAW. Maka tidak ada lagi alasan bagi kita  untuk sangsi, enggan, bahkan menolak untuk melakukannya. Karena sejatinya, dakwah akan senantiasa menemani setiap helaan nafasmu, seumur hidupmu.

Dakwah tidak selamanya harus dilakukan oleh manusia yang “lurus dan baik” (dalam artian ini adalah manusia yang dianggap tidak memiliki cacat sedikitpun). Bila hal itu adalah syarat untuk berdakwah, amalan ini tidak akan mungkin pernah tertunaikan karena manusia yang tanpa cacat di muka bumi ini hanyalah Nabi Muhammad SAW. Juga jika memang itu syaratnya, pastinya tak akan ada lagi penerus amanah dakwah selepas Rasulullah SAW pergi. Iya bukan? 
Mengapa?  
Tadi, karena kita tidak masuk kriteria sebagai pendakwah tadi. Kita hanya manusia biasa. Manusia biasa yang dosanya tiada terkira sejak mata dibuka hingga mata ditutup lalu dibuka lagi dan ditutup lagi. Iya kan?
Ya ukhti... dakwah harus tetap ada. Dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Asalkan dia Mukmin, berilmu, dan senantiasa berusaha memperbaiki diri dari setiap kesalahan yang dilakukannya.

Sebagai seorang aktivis dakwah, sudah sunnatullah jika ditemukan begitu banyak tantangan dan godaan di setiap liku perjalanannya. Pun tidak jarang kita merasa bingung dan kalut dalam menyikapi setiap ujian itu. Terlebih, ketika bayangan masa lalu yang kurang menyenangkan kembali hadir dalam bahtera dakwah ini.

Ketika hal itu benar-benar terjadi, hadapilah dengan keanggunanmu. Tetap jaga senyummu dan perbanyaklah mengingat Allah. Sesungguhnya setiap manusia memiliki cacat, tetapi hal itu harusnya tidak lantas membuat semangat dakwah kita luntur.

Terlebih lagi ketika cacat mu itu diketahui banyak orang yang menjadi objek dakwah mu. Tetaplah tenang. Yang harus kau lakukan hanyalah pembuktian. Katakan bahwa setiap manusia pasti pernah punya salah, dan sebaik-baiknya manusia bukanlah orang yang selalu benar, melainkan dia yang pernah berbuat salah dan berusaha memperbaikinya.

Jangan takut dibilang munafik. Tetaplah buktikan kepada semua orang bahwa dirimu bisa berubah. Dirimu telah hijrah, ya ukhti…
Dan itu yang harus kau azzamkan dalam hatimu, tancapkan hingga dasar jiwamu..
“Bahwa aku mengakui seluruh kesalahan yang pernah ku lakukan karena ketidak tahuan ku. Dan kini Allah telah memberikan pemahaman pada diriku, dan aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu. Sami’na wa atho’na. Kami dengar, dan kami taat”

Komitmen adalah harga yang harus kau bayar di jalan ini. Tidak mudah memang. Tetapi itulah yang membuat jalan ini begitu istimewa. Karena pemain di jalan ini hanyalah orang-orang hebat yang sanggup berkomitmen kepada dirinya sendiri dan orang lain untuk senantiasa memperbaiki diri setiap waktu.

Tunjukkan ya ukhti, bahwa dirimu bisa lebih baik. Lalu tantang mereka, ”Aku bisa! Bagaimana dengan kalian?”

Jangan biarkan kritik yang menyakitkan tentang mu dan tentang masa lalumu menyurutkan semangat dakwahmu, ukhti fillah!
Wallahu a’lamu bisshowab...
Wassalamu’alaiku waahmatullah wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar